Rabu, 04 Desember 2013

Koleksi Batik Daster Coletan

Warna ungu, berbahan santung Lokatex, ukuran All Size. Harga Rp 30.000
Warna biru, berbahan santung Lokatex, ukuran All Size. Harga Rp 30.000
Warna merah tua, berbahan santung Lokatex, ukuran All Size. Harga Rp 30.000
Warna kuning, berbahan santung Lokatex, ukuran All Size. Harga Rp 30.000
Warna orange, berbahan santung Lokatex, ukuran All Size. Harga Rp 30.000
Warna cokelat, berbahan santung Lokatex, ukuran All Size. Harga Rp 30.000
Warna merah, berbahan santung Lokatex, ukuran All Size. Harga Rp 30.000

Koleksi Longdres Coletan

Warna kuning, Panjang All Size (125-137 CM), berbahan Santung Sritex. Sehingga tebal dan mudah menyerap keringat. Hrg Rp 50.000
Warna ungu, Panjang All Size (125-137 CM), berbahan Santung Sritex. Sehingga tebal dan mudah menyerap keringat. Hrg Rp 50.000
Warna orange, Panjang All Size (125-137 CM), berbahan Santung Sritex. Sehingga tebal dan mudah menyerap keringat. Hrg Rp 50.000
Warna hijau, Panjang All Size (125-137 CM), berbahan Santung Sritex. Sehingga tebal dan mudah menyerap keringat. Hrg Rp 50.000
Warna merah cabai, Panjang  all size (125-137 CM), berbahan Santung Sritex. Sehingga tebal dan mudah menyerap keringat. Hrg Rp 50.000

Senin, 02 Desember 2013

Kaos Cap Motif Abstrak

Warna merah. Harga Rp 40.000. Sedia ukuran M, L dan XL 
Warna  biru tua. Harga Rp 40.000. Sedia ukuran M, L dan XL 
Warna cokelat tua. Harga Rp 40.000. Sedia ukuran M, L dan XL

Kaos Umplukan

Warna cokelat muda, bermotif  sepeda. Harga Rp 25.000. Ukuran M, L dan  XL 
Warna biru, bermotif  andong. Harga Rp 25.000. Ukuran M, L dan  XL 
Warna cokelat, bermotif  sepatu. Harga Rp 25.000. Ukuran M, L dan  XL 
Warna merah, bermotif wayang. Harga Rp 25.000. Ukuran M, L dan  XL

Kaos Sablon Putihan

Berbahan katun 100 persen,  30S. Motif Wayang. Harga 20.000 . Ukuran baju mulai M,L dan XL. Kalau ada permintaan ukuran pun, menyediakan
Berbahan katun 100 persen,  30S. Motif Wayang. Harga 20.000

Kamis, 28 November 2013

Aneka Warna Daster Lowo (Kelelaawar), berbahan Santung

Rp 65.000
 Daster lawa memakai bahan santung Sritek, yang memiliki serat benang tebal.Sehingga nyaman dipakai, dan mampu menyerap keringat.
Rp.65.000
Harga 65.000
Harga Rp. 65.000



Aneka Corak Warna Daster Kaos Tulis

Harga Rp 70.000
 Pengerjaan  pembuatan daster berbahan kaos dilakukan secara tradisional. Yang menggunakan bahan kaos jenis 30S.Lebih tebal, dan mampu menyerap keringat. Karena berbahan katun 100 persen.
Harga Rp 70.000
Harga Rp 70.000
Harga Rp 70.000




Aneka warna Kaos Tulis Berbahan Katun 100 Persen

 Kaos tulis warna cokelat , harga Rp 60.000
 Kaos tulis warna biru, harga Rp.60.000
 Kaos tulis warna cokelat tanah, harga Rp 60.000
 Kaos tulis warna hijau, harga Rp 60.000




Aneka Warna Hem Cap Berbahan Katun 100%

 Hem cap motif seno warna hijau. Harga Rp 75.000
 Hem cap motif seno, warna biru. Harga 75.000
 Hem cap motif seno, warna cokelat. Harga 75.000
 Hem cap motif seno, warna merah. Harga 75.000

Jumat, 22 November 2013

Pembatik Sepuh Akan Terima Bantuan Kacamata

KURIPAN KIDUL - Bantuan kacamata sebanyak 200 buah akan diberikan kepada para pembatik sepuh yang masih aktif namun terkendala pada penglihatannya yang telah mengalami kerabunan. Kegiatan pemberian bantuan kacamata ini, dilakukan untuk melestarikan batik sekaligus merupakan bentuk kepedulian terhadap perajin batik sepuh. Demikian disampaikan oleh Ketua PKK Kota Pekalongan, Balgies Diab beberapa waktu yang lalu.

Para perajin batik sepuh biasanya orang-orang yang telah memiliki karya yang halus karena pengalamannya yang telah lama dalam menghasilkan batik-batik tulis. "Karya yang dihasilkan oleh perajin-perajin batik sepuh biasanya lebih bagus dan halus. Sehingga, untuk tetap melestarikan hasil karya mereka, PKK berkeinginan untuk memberikan bantuan kacamata agar tetap dapat berkarya dengan baik," bebernya.

Nantinya, bantuan tersebut akan diberikan dengan melakukan kerjasama bersama Dekranasda dan pihak sponsor lainnya yang memiliki kepedulian terhadap batik Kota Pekalongan. "Pemberian bantuan tersebut rencananya akan dilakukan pada waktu Hari Ibu yang akan jatuh pada 22 Desember nanti. Mereka yang akan mendapatkan bantuan, berasal dari perajin batik yang memiliki usia 50 tahun keatas," katanya. (yog)

Senin, 18 November 2013

Trusmi, Akar Cerita Batik Cirebon

AdBATIK - Budaya luar menularkan warna-warna cerah batik Cirebonan.

KAMPUNG Trusmi, yang terletak di Kecamatan Plered, Cirebon dikenal sebagai salah satu sentra industri batik di Indonesia. Bukan sepuluh atau dua puluh tahun belakangan kampung itu "ditumbuhi" pembatik. Trusmi sudah menjadi kampung batik sejak abad ke-14.
Setidaknya 3.000 perajin batik tulis maupun batik cap tinggal di kampung Trusmi. Lebih dari sekadar profesi, membatik sudah menjadi bagian dari gaya hidup, saking mengakarnya.
Awalnya batik asal Cirebon atau yang dikenal dengan Cirebonan merupakan batik bermotif terbatas. Namun sejarah Cirebon sebagai kota persinggahan para pedagang Arab, Persia, India, dan Tiongkok mengubah gaya sederhana batik Cirebon.Batik tampil lebih berani dengan pewarnaan terang seperti biru cerah, cokelat, hijau muda, merah, atau juga merah muda yang dipengaruhi budaya Tiongkok. Begitu juga dengan motif awan yang berbentuk bulatan khas Tiongkok. Dari motif itu, perajin lalu menciptakan motif Mega Mendung. Yakni motif awan dengan segitiga lancip di bagian ujungnya.Motif lain yang dipengaruhi budaya Tiongkok adalah motif Paksi Naga Liman. Bedanya, motif ini juga dipengaruhi budaya India. Motif-motifnya menggambarkan peperangan. Lain lagi dengan cerita motif yang ditularkan oleh para pedagang Belanda, yakni motif bunga tulip dan kereta kuda yang kerap disebut Batik Kompeni. 
Meski banyak mengadaptasi motif dari luar, motif tradisional Cirebon seperti keraton, singa barong, dan singa payung masih dipertahankan. Batik tradisional ini digunakan dalam upacara-upacara adat setempat. Selamat Hari Batik! (vi)

Minggu, 17 November 2013

Pengrajin Batik Disandera Para Pemangku Kepentingan

KOTA - Ketidakstabilan harga bahan baku batik, bahkan cenderung terus menerus mengalami lonjakan, dinilai oleh Harris Riadi, salah seorang pengrajin batik di Kota Pekalongan, sebagai bentuk penyanderaan para pemangku kepentingan kepada para pengrajin batik. Melonjaknya harga bahan baku batik, disinyalir karena ada permainan.
"Kondisi saat ini, nasib para pengrajin batik menengah ke bawah seperti dibunuh terang-terangan oleh situasi. Nasib pengrajin batik, 70 persennya disandera oleh para pemangku kepentingan. Nasib para pembatik jadi tidak jelas. Nasib mereka disandera. Lagi-lagi, wong cilik yang dikorbankan para pemangku kepentingan," ungkapnya, kemarin.
Harris menyatakan, para pemangku kepentingan yang menyandera nasib para pengrajin batik itu terdiri dari berbagai kalangan. Banyak kepentingan yang mempermainkan. Baik itu dari kepentingan dari segi perbankan, pemasaran, pemasok bahan, importir, dan lainnya.
Bahkan, pemilik usaha batik "Green Batik Harris" ini mensinyalir, para pemangku kepentingan yang berwenang mengeluarkan kebijakan penstabilan harga, belum akan peduli dengan nasib para pengrajin batik sebelum Pemilu tahun depan berakhir.
"Mereka (para pemangku kepentingan) masih sibuk mengurusi politik, paling cepat sampai Pemilu depan. Jadi, mereka tidak sempat memikirkan nasib para pembatik yang sudah menjerit akibat harga bahan baku batik yang mahal," beber seniman batik yang terkenal dengan batik dari limbah kertas semen, jins batik, hingga batik kotoran sapi ini.
Peraih penghargaan Inacraft Tahun 2013 ini mencontohkan, dalam beberapa waktu terakhir ini harga bahan baku batik terus saja merangkak naik. Seperti gondorukem, BBM Pertamina, maupun kain mori. Dalam dua hari terakhir saja, imbuh Harris, harga gondorukem sudah tembus Rp 29 ribu perkilogram. Padahal, sehari sebelumnya berada di angka Rp 27 ribu perkilo.
"Harga bahan baku susah diprediksi. Cenderung naik terus. Misal hari ini sekian ribu rupiah, besok sudah beda lagi, atau minggu depan beda lagi. Ini yang menyusahkan. Tidak ada kestabilan harga. Nggak hanya gondorukem. Tapi BBM Pertamin, kain mori, obat batik, dan lainnya," ungkapnya.
Ia mensinyalir, mahalnya harga gondorukem di pasaran lokal antara lain disebabkan banyak produk gondorukem yang diekspor ke luar negeri. Sebab, harga di luar negeri jauh lebih tinggi dibanding harga di dalam negeri.
"Jadi, gondorukem lebih banyak yang diekspor. Yang kita sayangkan, harga gondorukem di dalam negeri, yakni untuk memenuhi kebutuhan lokal, disesuaikan dengan harga untuk ekspor. Harganya sudah harga pasaran dunia. Ini yang menyulitkan para pengrajin batik, utamanya yang kelas menengah ke bawah," tandasnya.
Sementara, meski harga bahan baku naik, para pengrajin batik tidak bisa serta merta menaikkan harga produk batik mereka. "Bagaimana mau menaikkan harga jual batik di pasaran, lha wong daya beli masyarakatnya saja masih lemah. Kalau harganya dinaikkan, ya tambah tidak laku," tukasnya. (way)

Jumat, 15 November 2013

Pemkot Akui Tak Bisa Kendalikan Harga Bahan Baku Batik

OTA - Pemkot Pekalongan, dalam hal ini Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM Kota Pekalongan, mengakui tak bisa mengendalikan harga sejumlah bahan baku batik yang akhir-akhir ini melonjak cukup drastis.
"Kita hanya bisa mengimbau, dan mendorong Pemerintah Pusat untuk menstabilkan harga bahan baku batik. Keinginan dari para pengrajin batik kita sampaikan, untuk mendapat perhatian Pemerintah. Misalnya saja harga gondorukem. Itu bukan merupakan kebijakan lokal di sini, melainkan dari Pusat," ungkap Kasubbid Perindustrian, Bambang Sudarmadi Djoyorekso, Rabu (13/11).
Seperti halnya saat terjadi lonjakan harga gondorukem yang sangat tinggi pada kurun waktu satu hingga dua tahun silam. Pemkot Pekalongan hanya bisa melakukan upaya fasilitasi, supaya harga kembali stabil.
Diantaranya, dengan mengundang pihak-pihak terkait, baik itu dari Perhutani, supplier bahan baku, hingga kalangan pengusaha dan pengrajin batik. "Saat itu kita juga mendorong, supaya ada kebijakan harga gondorukem untuk lokal lebih rendah dari harga pasaran dunia, atau harga ekspor," imbuhnya.
Melonjaknya harga bahan baku batik, seperti gondorukem, BBM Pertamina, kain batik, hingga malam untuk membatik, dikeluhkan oleh para pengrajin batik di Kota Pekalongan yang rata-rata merupakan industri kecil dan menengah. "Jika harga bahan baku batik terus naik, hingga tak bisa dijangkau lagi oleh kalangan industri kecil dan menengah, maka akan banyak pengrajin batik yang akan menghentikan produksinya sementara," kata Ketua Serikat Pengrajin Batik Pasirsari (Serbapass) Kota Pekalongan, Sodikin HS.
Lonjakan harga bahan baku yang saat ini dirasakan cukup berat antara lain adalah gondorukem. Lonjakan harga sebenarnya sudah terjadi terus menerus sejak tiga tahun lalu. Namun kembali dirasakan lagi pada 1,5 hingga 2 bulan terakhir. Dicontohkan, untuk harga gondorukem yang berkualitas baik, semula hanya Rp16 ribu per kilogram, kini harga ecerannya mencapai Rp 27ribu per kilogram.
Bahkan, Sodikin berani memastikan, kalau harga gondorukem dalam beberapa waktu ke depan menembus angka Rp30 ribu per kilogram, akan banyak pengrajin batik yang berhenti berproduksi.
Bahan baku batik lainnya yang harganya mengalami kenaikan juga terjadi untuk BBM (kerak sisa pengolahan minyak) dari Pertamina. Bahan baku yang oleh para pembatik biasa disebut dengan nama BBM ini, harganya kini mencapai Rp 26 ribu per kilogram. Harga BBM Pertamina ini sejak beberapa hari terakhir sudah mencapai Rp 26 ribu per kilo. Padahal tadinya Rp 15 ribu. Ditambah lagi, lonjakan harga untuk bahan baku batik lainnya, seperti kain mori dan malam batik.

Sodikin mensinyalir, lonjakan harga gondorukem ini dikarenakan adanya kebijakan dari Pemerintah yang mengekspor gondorukem dalam jumlah besar ke pasar luar negeri. Kemudian, harga gondorukem yang ditetapkan adalah menggunakan harga ekspor, atau harga pasaran dunia. Padahal, semestinya Pemerintah lebih mengutamakan untuk pemenuhan industri dalam negeri terlebih dulu. Harga gondorukem untuk dalam negeri pun, diharapkan jangan disamakan dengan harga untuk ekspor.
Adapun pasokan bahan baku batik, menurut Sodikin, memang tidak sampai terjadi kelangkaan. Contohnya gondorukem. Pasokannya cukup melimpah. "Kalau pasokan sih ada. Tetapi ya itu, harganya cukup mahal. Kalau berani dengan harganya ya bisa dapat pasokan," ujarnya.
Produk gondorukem diantaranya berasal dari pabrik gondorukem di Paninggaran, Kabupaten Pekalongan. Kapasitas produksinya, ungkap dia, bisa mencapai sekitar 6.000 ton per tahun. Padahal, kebutuhan gondorukem untuk seluruh Pekalongan hanya berkisar 500 ton per tahun. "Jadi, yang diekspor ke luar negeri lebih besar," ungkapnya.
Meskipun harga bahan baku pembuat batik saat ini naik, namun tidak membuat para pengusaha batik di Pekalongan lantas menaikkan harga jual batiknya. Inipun diakui Sodikin. Para pengrajin memang tidak menaikan harga batiknya, lantaran khawatir apabila hal itu justru akan membuat menurunnya minat beli para konsumen. "Mereka lebih memilih untuk menghentikan sementara produksinya dan menunggu harga bahan baku pembuat batik kembali turun dibandingkan harus menaikkan harga jual batik," tandasnya.
Permasalahan yang dihadapi para pembatik ini, sudah berulangkali disampaikan ke Pemerintah. Salah satunya kepada Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurti, saat berkunjung ke Kota Pekalongan, awal Oktober lalu. Namun sampai saat ini, belum ada perkembangan positif atas keluh kesah yang disampaikan. "Katanya mau ditindaklanjuti, tapi tidak tahu sekarang bagaimana," pungkasnya. (way)



Harga Bahan Baku Batik Kembali Melonjak

BATIK - Seorang pekerja sedang 'ngecap' pada sebuah kain mori
KOTA - Harga beberapa bahan baku batik, dalam beberapa waktu terakhir ini kembali mengalami lonjakan. Antara lain terjadi gondorukem, 'BBM', hingga kain mori. Lonjakannya bervariasi, bahkan cenderung tajam. Jika ini terus terjadi, dikhawatirkan akan banyak pengrajin batik yang menghentikan produksinya.
Seperti yang disampaikan Sodikin HS, salah seorang pengrajin batik dari Kelurahan Pasirsari, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan. Pembatik yang juga menjadi Ketua Serikat Pengrajin Batik Pasirsari (Serbapass) Kota Pekalongan, ini menuturkan sebenarnya lonjakan harga bahan baku batik sudah terjadi sejak sekitar 1,5 hingga 2 bulan lalu.
Namun, dalam beberapa waktu terakhir ini, lonjakan harga cukup tajam sangat dirasakan para pembatik. Ia mencontohkan, untuk harga gondorukem, semula hanya Rp16 ribu per kilogram, kini harga ecerannya mencapai Rp 27ribu per kilogram. "Ini untuk harga gondorukem yang kualitas WW atau berkualitas baik," tuturnya, Selasa (12/11).
Lonjakan harga bahan baku batik lainnya terjadi untuk BBM (kerak sisa pengolahan minyak) dari Pertamina. Bahan baku yang oleh para pembatik biasa disebut dengan nama BBM ini, harganya kini mencapai Rp26 ribu per kilogram. "Harga BBM Pertamina ini sejak dua hari terakhir sudah mencapai Rp26 ribu per kilo. Padahal tadinya Rp15 ribu," ujarnya.
Untuk kain mori, Sodikin mengungkapkan lonjakan harganya bervariasi. Diantaranya kain mori batik jenis katun dengan kualitas prima. Dua bulan sebelumnya, harganya sekitar Rp 7.800 per yard. Sekarang naik menjadi Rp 8.400 per yard. Begitu juga untuk kain jenis primisima. "Kain primisima, kenaikannya rata-rata Rp 1.000 per yard. Misalnya, kain primisima Primatex, tadinya per yard Rp 10.500, sekarang sudah mencapai Rp 12.000 per yard," tuturnya.
Sedangkan harga kain sutra, diungkapkan harganya sudah semakin mahal. "Informasi terakhir, untuk sutra yang super, tadinya Rp47 ribu per yard. Sekarang harganya sudah mencapai Rp62 ribu," bebernya.
Sodikin menyatakan, dengan melonjaknya harga sejumlah bahan baku itu saja, belum lagi ditambah mahalnya berbagai bahan lainnya, maka akan semakin menyulitkan para pengrajin batik. Hal ini pernah terjadi sekitar dua tahun silam. Kala itu, lonjakan harganya sangat drastis. Harga gondorukem per kilogramnya mencapai Rp35 ribu. "Saat itu, produksi batik jadi goncang semua," ungkapnya.
Dikhawatirkan, jika tidak ada langkah pasti dari pemerintah untuk menstabilkan harga bahan baku batik, lonjakan harganya akan terus terjadi. Yang artinya, akan mengancam kelangsungan usaha dari banyak pengrajin batik. Mereka akan kelimpungan karena tidak bisa berproduksi akibat mahalnya harga bahan baku.
Bahkan, Sodikin berani memastikan, kalau harga gondorukem dalam beberapa waktu ke depan menembus angka Rp30 ribu per kilogram, akan banyak pengrajin batik yang berhenti berproduksi.
Saat ini saja, imbuh Sodikin, ada beberapa pengrajin batik di Kelurahan Pasirsari yang mengentikan produksinya untuk sementara waktu. Ia menyebut, dari sekitar 100 Industri Kecil Menengah (IKM) batik, sekitar 10 persen yang menghentikan sementara produksinya. "Mereka sudah nggak kuat karena mahalnya biaya produksi batik," ungkapnya. "Nggak tahu, sampai kapan lonjakan harga bahan baku akan terus terjadi," imbuhnya. (way)

Selasa, 12 November 2013

Hadapi Pasar Bebas, Pelaku UKM Wajib Berinovasi

Peserta pelatihan terlihat sangat serius mengikuti kegiatan di STMIK Widya Pratama
MENGHADAPI pasar bebas tahun 2015 atau MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), Kepala Disperindagkop Kota Pekalongan, Drs. Supriono MM meminta pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bersiap diri. Menurutnya, tidak ada yang harus ditakuti dari kebijakan tersebut.
"Tidak perlu takut pasar bebas, tetapi pelakuk UMKM harus melakukan setidaknya tiga hal. Menjaga mutu produksi, menentukan harga kompetitif dan selalu melakukan inovasi", ucapnya saat menyampaikan sambutan pada acara Workshop Pengembangan Pemasaran Sistem Online" di STMIK Widya Pratama.
Inovasi, kata Supriono, bisa dilakukan dalam dua hal. Yakni dari sisi produk atau desain inovatif dan inovasi dari sisi pemasaran produk. "Pemasaran melalui Internet, itu kan lebih mendunia, selain tentu efektif dan efisien," katanya menambahkan.
Kota Pekalongan sendiri, katanya sudah mendorong dan membantu pelaku UMKM dengan memfasilitasi pemasaran dan menggelar sejumlah pameran. Termasuk memiliki kelompok binaan yang sudah melakukan pemasaran online, dengan program.
"Kami juga sudah bekerjasama dengan PT Agung Podomoro Group dan beberapa UMKM sudah memiliki tempat di sana. Untuk online kelompok ada di Pasar Grosir Setono, Buaran Batik Center serta Kampung Batik Pesindon dan Kauman," katanya.
Dia juga berharap, workshop tidak berhenti hanya formalitas semata. Tetapi benar-benar bisa diaplikasikan dalam usaha UMKM yang dilakukan peserta workshop. "Makanya, dipilih peserta yang belum memiliki pemasaran online, harapannya pelatihannya tidak hanya formalitas," katanya mengingatkan. (*)

Senangnya Belajar Web Blog di STMIK Widya Pratama

PARA pelaku UKM di Eks Karesidenan Pekalongan, selama empat hari (Selasa sampai Jumat, 12-15/11) mendapat pelatihan membuat WebBlog dari M Rifqi Maulana M Kom, dosen STMIK Widya Pratama di kampus yang berada di Jalan Patriot. Ternyata kegiatan tersebut mendapat sambutan antusias dari pelaku UKM.
Karena disampaikan dengan gaya yang mudah dimengerti pelaku UKM, sehingga pelaku UKM dengan mudah mengerti atas materi yang disampaikan.
Dalam kegiatan tersebut, Ketua STMIK Widya Pratama, Retnowati MSc sangat berharap pelaku UKM bisa memanfaatkan pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Tawa Tengah dengan maksimal. Sehingga pengembangan usahanya bisa meningkat. "Karena tahun 2015 kedepan, sudah dilaksanakan pasar bebas untuk tingkat ASEAN. Sehingga kita harus siap menghadapinya," ungkapnya. (*)

Sejarah Batik Pekalongan

Ini merupakan salah satu motif batik Pekalongan
Batik Pekalongan adalah batik yang dibuat oleh masyarakat Pekalongan yang kebanyakan tinggal di pesisir utara pulau Jawa. Model baju batik pekalongan yang hadir kini lebih di tekankan pada motif corak dan bahan yang semakin bagus, ditambah lagi dengan warna yang serasi maupun motif elegan menambah anggun dan adiluhungnya budaya busana tanah air .
Sejarah batik Pekalongan
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.
Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah – daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.
Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.
Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.
Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.
Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.
Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.
Motif batik pekalongan
Motif batik pekalongan berbeda dengan motif batik daerah lain, tekstur warna batik pekalongan berbeda dengan kota solo walaupun sama sama baik, tetapi banyak orang yang memilih di sesuaikan dengan waktu yang mau memakainya di sesuaikan dengan situasi yang tepat, dan melihat acara yang akan di selenggarakan oleh orang yang mengundangkita, baik batik tulis maupun cap semuanya punya kelebihan dan kekurangan sendiri.
Bahan Kain Batik Pekalongan
Banyak jenis bahan kain yang digunakan dalam pembuatan batik pekalongan seperti sutra, sunwash, dan yang paling populer tentunya bahan katun. Ada dua bahan kain katun yang sering digunakan oleh perajin batik pekalongan, yang pertama adalah kain katun primisima dengan kualitas terbaik dan kualitas eksport, bahan yang kedua adalah katun prima, sama halnya dengan katun primisima kain katun prima juga mudah menyerap keringat tidak panas saat di pakai, katun prima inilah yang sering dipakai oleh perajin batik pekalongan, meskipun kualitas katun prima dibawah katun primisima dalam kehulasannya tetapi dengan harga yang relatif lebih murah katun prima menjadi pilihan para perajin untuk menjangkau pasar yang lebih luas. (*)

SBY Resmikan Museum Batik Indonesia di Pekalongan

Presiden SBY saat menandatangani prasasti Museum Batik Pekalongan
Museum Batik Kota Pekalongan diresmikan pada tanggal 12 Juli 2006 oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono bersama rombongan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan tamu-tamu negara sahabat serta pecinta maupun pemerhati Batik. Kedatangan Presiden RI beserta rombongan sangat bersejarah bagi Kota Pekalongan, karena baru pertama kali itulah Presiden Republik Indonesia, sejak masa kemerdekaan hingga sekarang berkunjung ke Kota Pekalongan. Selain untuk ikut merayakan Hari Koperasi ke-59 yang secara nasional yang dipusatkan di Kota pekalongan, sekaligus untuk meresmikan Museum Batik yang telah lama didambakan keberadaanya oleh masyarakat Pekalongan. (*)

Kepedulian Ibu Negara AniYudhoyono terhadap Lestarinya Batik Pekalongan

Ibu negara Ani Ydhoyono menengok batik yang dipamerkan dalam sebuah acara pameran

Batik telah diakui sebagai warisan budaya Indonesia. Pelestariannya bisa dilakukan siapa saja, termasuk kalangan akademika. Sedangkan pemerintah diimbau lebih memperhatikan pengrajin batik di Tanah Air yang masih kesulitan mendapat bantuan modal.

"Kami memberikan imbauan kepada mahasiswa untuk mengenakan batik sebagai bukti bahwa kami peduli dengan warisan budaya bangsa," kata Rektor Universitas Persada Indonesia YAI Prof Dr Ir H Yudi Julius MBA di Jakarta, Jumat (2/10).

Batik, lanjut dia, harus menjadi warisan budaya yang wajib dilestarikan oleh semua kalangan, khususnya civitas akademika. "Kita juga mencanangkan untuk mengenakan batik dalam acara-acara resmi yang sebelumnya selalu mengenakan jas," ujar Yudi.

Sementara Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri UPI YAI Dr Ir Sri Astuti Indriyati MDP menyatakan apresiasi kepada UNESCO yang telah mengukuhkan batik tulis sebagai warisan budaya Indonesia. "Kami juga khususnya mengimbau kepada pemerintah agar memberikan perhatian khusus bagi para pengrajin batik. Karena pengrajin batik masih sulit untuk mendapatkan bantuan modal karena ongkos produksi yang tinggi," kata Astuti.

UNESCO secara resmi mengukuhkan batik sebagai warisan budaya Indonesia dalam suatu acara di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 2 Oktober 2009. SBY sebelumnya mengeluarkan imbauan agar seluruh masyarakat Indonesia mengenakan pakaian batik pada 2 Oktober 2009. (*)

Mengenal Batik

Ibu-ibu sedang enjoy membatik

Batik adalah proses penulisan gambar atau ragam hias pada media apapun dengan menggunakan lilin batik (wax / malam) sebagai alat perintang warna. Pada pembuatan batik, lilin batik (malam) diaplikasikan pada kain untuk mencegah penyerapan warna pada saat proses pewarnaan. Definisi batik ini telah disepakati pada Konvensi Batik Internasional di Yogyakarta pada tahun 1997. Meskipun demikian, masyarakat awam mengenal batik sebagai kain yang memiliki corak dan motif yang khas. Dengan kata lain, orang awam mengenal batik sebagai motif, bukan sebagai teknik pembuatan kain.
Terdapat beberapa versi tentang asal kata batik. Dua versi yang paling terkenal adalah bahwa kata batik berasal dari bahasa proto-austronesia dan bahasa Jawa. Batik berasal dari bahasa proto-austronesia “becik” yang artinya membuat tato dan berasal dari bahasa Jawa yaitu “amba” atau menulis dan “titik”.
Batik Indonesia telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi pada tanggal 2 Oktober 2009. Pengakuan UNESCO ini meliputi teknik, teknologi serta motif Batik Indonesia.
batik, batik bantul, batik Indonesia, batik cap, batik tulis
Berdasarkan cara pembuatannya, batik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Proses penggambaran lilin batik pada kain menggunakan canting.
2.  Batik cap
Proses penggambaran lilin batik pada kain menggunakan cap yang dibentuk sesuai dengan motif yang diinginkan.
Proses penggambaran malam pada pada kain menggunakan canting dan cap.
Seiring dengan perkembangan teknologi tekstil dan kebutuhan akan adanya produksi massal, saat ini banyak beredar kain bermotif batik atau yang terkenal dengan nama batik print. Pembuatan batik print dilakukan dengan cara mencetak motif batik diatas kain yang kemudian disusul dengan pewarnaan sebagaimana proses sablon. Batik print jika mengacu pada pengertian batik secara umum jelas bukan merupakan batik karena pada proses pembuatannya tidak menggunakan metode rintang warna atau tidak mengaplikasikan lilin batik pada kain.
Pada perkembangan lebih lanjut, saat ini mulai dikenal suatu metode baru yang menghasilkan batik print malam. Batik print malam merupakan perpaduan antara sablon dan batik. Pada metode ini, materi yang dicetak ke atas kain bukan pasta sebagaimana pada teknik sablon tetapi berupa lilin batik. Selanjutnya kain tersebut mengalami proses pencelupan (pewarnaan) sebagaimana pada proses pembuatan batik tulis dan/atau batik cap. Jika ditinjau dari sisi definisi batik, maka batik print malam dapat dikategorikan sebagai batik sebagaimana batik tulis dan batik cap. (*)

Ratusan Pengrajin Batik Pekalongan Terancam Gulung Tikar


 
Pekerja sedang menjemur batik
Sebanyak 114 pengrajin batik Kota Pekalongan, Jawa Tengah, terancam gulung tikar, akibatnya melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Sekretaris Paguyuban Batik Pantura Kota Pekalongan, Muhsinin, di Pekalongan, Senin (2/9), mengatakan bahwa hal ini mengakibatkan harga bahan baku batik naik, di tengah pemasaran produk.
"Akibat kondisi tersebut, para pengrajin sudah tidak mampu membeli bahan baku batik, sehingga mereka memilih menutup usahanya. Sekitar 114 pengrajin batik kini terancam gulung tikar," katanya.
Ia mengatakan, selain kenaikan harga bahan baku, keterpurukan para pengrajin batik juga karena adanya banjir rob yang melanda daerah setempat.
"Banjir rob yang melanda Kota Pekalongan belum lama ini juga mengakibatkan para pengrajin berhenti berproduksi karena tempat pembatikan tergenang air," katanya kepada Antara.
Menurutnya, saat ini, para pengusaha batik mulai mengurangi produksi dan "merumahkan" para pembatiknya sambil menunggu stabilnya harga bahan baku batik.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan, Wismo Adityo mengatakan bahwa melemahnya nilai rupiah terhadap kurs dolar Amerika Serikat adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat.
"Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS memang telah berdampak pada kenaikan harga bahan baku. Akan tetapi kami hanya bisa membantu memasarkan dan mempromosikan produk batik," katanya. 

Batik Rayhan

Owner : Abdurrohman
No Hp : 08156932849
Alamat : Banyurip Ageng RT 2 Rw 5, Kota Pekalongan
Email batikrayhanpekalongan@gmail.com