Senin, 18 November 2013

Trusmi, Akar Cerita Batik Cirebon

AdBATIK - Budaya luar menularkan warna-warna cerah batik Cirebonan.

KAMPUNG Trusmi, yang terletak di Kecamatan Plered, Cirebon dikenal sebagai salah satu sentra industri batik di Indonesia. Bukan sepuluh atau dua puluh tahun belakangan kampung itu "ditumbuhi" pembatik. Trusmi sudah menjadi kampung batik sejak abad ke-14.
Setidaknya 3.000 perajin batik tulis maupun batik cap tinggal di kampung Trusmi. Lebih dari sekadar profesi, membatik sudah menjadi bagian dari gaya hidup, saking mengakarnya.
Awalnya batik asal Cirebon atau yang dikenal dengan Cirebonan merupakan batik bermotif terbatas. Namun sejarah Cirebon sebagai kota persinggahan para pedagang Arab, Persia, India, dan Tiongkok mengubah gaya sederhana batik Cirebon.Batik tampil lebih berani dengan pewarnaan terang seperti biru cerah, cokelat, hijau muda, merah, atau juga merah muda yang dipengaruhi budaya Tiongkok. Begitu juga dengan motif awan yang berbentuk bulatan khas Tiongkok. Dari motif itu, perajin lalu menciptakan motif Mega Mendung. Yakni motif awan dengan segitiga lancip di bagian ujungnya.Motif lain yang dipengaruhi budaya Tiongkok adalah motif Paksi Naga Liman. Bedanya, motif ini juga dipengaruhi budaya India. Motif-motifnya menggambarkan peperangan. Lain lagi dengan cerita motif yang ditularkan oleh para pedagang Belanda, yakni motif bunga tulip dan kereta kuda yang kerap disebut Batik Kompeni. 
Meski banyak mengadaptasi motif dari luar, motif tradisional Cirebon seperti keraton, singa barong, dan singa payung masih dipertahankan. Batik tradisional ini digunakan dalam upacara-upacara adat setempat. Selamat Hari Batik! (vi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar